Industri energi global, khususnya minyak dan gas bumi menyatakan kekhawatiran mendalam atas eskalasi konflik dari Israel dan Iran. Konflik tersebut dinilai berpotensi mengganggu pasokan energi dunia yang bersumber dari Timur Tengah.
Chief Executive Officer (CEO) Saudi Aramco, Amin Nasser, menegaskan bahwa konflik yang sedang berlangsung kembali menyoroti pentingnya minyak dan gas alam dalam stabilitas global.
Baca Juga: Kembangkan SAF dari Minyak Jelantah, Airbus Beri Apresiasi Pertamina Patra Niaga
“Sejarah telah menunjukkan bahwa ketika konflik terjadi, pentingnya minyak dan gas tidak bisa diremehkan,” kata Nasser, dilansir dari Reuters, Selasa (17/6).
“Kita menyaksikannya secara langsung sekarang, dengan ancaman terhadap keamanan energi yang terus menjadi kekhawatiran global," tambahnya.
Diketahui, Israel baru-baru ini telah melancarkan serangan terhadap berbagai target di Iran. Target itu termasuk fasilitas nuklir dan terbaru adalah serangan terhadap lapangan minyak dan gas dari South Pars.
CEO Jepang Inpex Corp, Takayuki Ueda mengaku terkejut atas serangan tersebut karena serangan itu berpotensi menggangu pasokan komoditas terkait.
“Serangan ke South Pars cukup mengejutkan, mengingat pentingnya fasilitas itu bagi produksi energi Iran,” ujarnya.
“Pasar masih merasakan bahwa situasi masih dalam kendali kedua negara, dan saya harap eskalasi tidak terjadi," tambahnya.
Ueda menambahkan, jika konflik ini berkembang menjadi perang penuh, maka harga minyak dunia bisa melonjak lebih dari US$100. Adapun Ia juga menyatakan bahwa operasi perusahaan tetap berjalan normal sejauh ini di Uni Emirat Arab.
Baca Juga: PLTP Pertamina Geothermal (PGEO) Lumut Balai Unit 2 Berhasil Sinkronisasi, Bisa Tunjang Ratusan Perjalanan Whoosh!
Di sisi lain, sejumlah eksekutif energi lainnya yang hadir dalam forum industri global memilih tidak memberikan komentar langsung dan menunggu jalan ketegangan terkait ketegangan di Timur Tengah.