Mengenang Perjuangan Mbah Marto, Sang Perintis Kuliner Mangut Lele
作者:娱乐 来源:探索 浏览: 【大 中 小】 发布时间:2025-05-27 14:57:45 评论数:
Dunia kulinertengah berduka. Mbah Marto, sang perintis kuliner mangut lele, meninggal dunia pada Rabu (6/11) pagi.
Anda tentu sudah tak asing lagi dengan rumah makan Mangut Lele Mbah Marto di Sewon, Bantul, DI Yogyakarta. Tempat ini tentu jadi favorit para pencinta kuliner berkat kreasi Mbah Marto yang tiada dua.
Salah satu anak Mbah Marto, Poniman bercerita soal perjalanan bisnis kuliner sang ibu. Ia bercerita bahwa ibunya mulai berjualan pada 1969 silam. Bisnis ini dimulai dari berjualan dengan berjalan kaki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pilihan Redaksi
|
Poniman menambahkan, bahwa Mbah Marto berjualan di sekitar kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada tahun 1986. Karena sering habis sebelum sampai jualannya, Mbah Marto memutuskan untuk buka di rumah.
"Kira-kira 300 meter dari rumah dan sering habis juga. Dari situ, lalu memutuskan untuk buka di rumah, di dapur itu tahun 1986 juga dan ternyata pembelinya semakin ramai," katanya.
Poniman juga menceritakan perasaannya tentang perjuangan ibunya dalam merintis usahanya tersebut.
"Jadi tahun 1970-1983, jualannya digendong, kasihan kalau lihat perjuangan simbok dulu itu," ujarnya.
Diturunkan ke anak-cucu
![]() |
Saat ini, Poniman melanjutkan usaha mangut lele milik Mbah Marto.
Ia sempat mengatakan bahwa Mbah Marto butuh waktu untuk memastikan penerusnya siap mengelola depot mangut lele.
Poniman menceritakan bahwa ibunya masih sering mengunjungi dapur utama, sampai akhirnya lima tahun lalu, Mbah Marto benar-benar mempercayakan resep kepada anak-anaknya.
"Kebetulan saya yang melanjutkan usaha dapur aslinya," kata Poniman.
Anak-anaknya sempat masih meminta pertimbangan dan saran dari Mbah Marto.
"Setelah Mbah Marto percaya sama anak cucunya, sudah tidak pernah mengontrol dapur dan alhamdulilah tidak ada komplain dari customer," ujarnya.
(pli/asr)